INKAM, JAKARTA – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, menekankan pentingnya edukasi pasar modal sejak dini, sebagai bagian dari strategi pendalaman pasar keuangan nasional.
Menurutnya, literasi keuangan harus diperkenalkan bukan hanya kepada mahasiswa, tetapi juga sejak jenjang sekolah dasar.
“Jual beli saham sekarang seharusnya sudah mulai diajarkan, bukan hanya di tingkat mahasiswa, tetapi bahkan di tingkat sekolah dasar. Dengan begitu, mereka bisa semakin terbiasa dan memahami bagaimana pasar modal bekerja,” ujar Sri Mulyani, dalam acara Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin.
Pemerintah, kata Sri Mulyani, berkomitmen mendukung penguatan pasar modal melalui berbagai kebijakan, termasuk penyempurnaan regulasi di sektor keuangan.
Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah melalui implementasi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023, tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
UU P2SK mengatur berbagai aspek pengembangan sektor keuangan, termasuk pasar modal, industri perbankan, asuransi, serta regulasi terkait pajak karbon dan batas emisi sektoral, untuk mendorong pengembangan bursa karbon di Indonesia.
“Kami akan bekerja sama dengan kementerian terkait, untuk menyelesaikan aturan turunan dari P2SK. Tujuannya agar regulasi sektor keuangan semakin baik, memberikan ruang bagi inovasi, tetapi tetap menjaga prinsip tata kelola yang baik,” jelas Sri Mulyani.
Selain regulasi, pemerintah juga fokus pada penguatan infrastruktur pasar modal, agar lebih efisien dan kompetitif.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan sistem transaksi efek, sehingga pasar modal Indonesia dapat lebih transparan, dan menarik bagi investor domestik maupun asing.
Sri Mulyani menilai, keberlanjutan pertumbuhan pasar modal Indonesia tidak hanya bergantung pada regulasi dan infrastruktur, tetapi juga pada peningkatan kepercayaan masyarakat.
Oleh karena itu, edukasi dan literasi keuangan menjadi faktor kunci, agar masyarakat dapat memahami manfaat dan risiko investasi di pasar modal.
“Jika masyarakat memahami pasar modal sejak dini, mereka akan lebih percaya diri dalam berinvestasi. Dengan begitu, partisipasi investor ritel akan semakin meningkat, yang pada akhirnya dapat memperkuat daya tahan pasar modal kita,” tambahnya.
Saat ini, pemerintah juga mendukung berbagai program edukasi pasar modal, yang dijalankan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Salah satu program yang menjadi sorotan adalah peningkatan peran investor institusi, dalam mendukung likuiditas pasar perdana dan sekunder.
Ke depan, Sri Mulyani berharap agar kolaborasi antara pemerintah, regulator, dan industri jasa keuangan terus diperkuat.
Dengan demikian, pasar modal Indonesia dapat berkembang lebih pesat, dan menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.