INKAM, MAKASSAR – Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) mengungkapkan, stabilitas sektor jasa keuangan di wilayah Sulawesi, Maluku, Papua (Sulampua) tetap terjaga dengan kinerja yang solid.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan yang signifikan pada sektor perbankan, pasar modal, dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB).
Kondisi ini sejalan dengan situasi nasional yang juga stabil, meski dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi global, akibat tensi geopolitik dan perlambatan ekonomi.
Kepala OJK Sulselbar, Darwisman, menegaskan bahwa sektor jasa keuangan di Sulampua, terus menunjukkan performa yang kuat.
“Stabilitas di wilayah Sulampua sangat baik, terutama di sektor perbankan, pasar modal, dan IKNB. Likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat menjadi faktor pendukung utama di tengah ketidakpastian global,” kata Darwisman, Selasa (17/9/2024).
Pada sektor perbankan, data OJK per Juli 2024 mencatat adanya pertumbuhan positif di beberapa indikator utama.
Total aset perbankan di wilayah Sulampua meningkat 6,69 persen secara year-on-year (yoy), Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 5,53 persen, dan kredit tumbuh 8,82 persen.
Tingkat intermediasi atau Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di angka 124,19 persen, dengan rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) yang terjaga di 2,58 persen.
Tidak hanya perbankan, sektor pasar modal di wilayah Sulampua juga mengalami pertumbuhan signifikan.
Hingga Juni 2024, jumlah Single Investor Identification (SID) tumbuh sebesar 39,69 persen yoy, mencapai 883.690 SID.
Instrumen, investasi yang paling diminati oleh masyarakat adalah reksadana, dengan porsi dan pertumbuhan yang paling tinggi.
“Ini menunjukkan adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam investasi pasar modal, khususnya di sektor reksadana,” jelas Darwisman.
Sektor Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Sulampua, turut memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keseluruhan.
Total piutang perusahaan pembiayaan tercatat tumbuh 12,18 persen menjadi Rp42,01 triliun.
Pembiayaan modal ventura juga mengalami kenaikan sebesar 3,45 persen menjadi Rp688 miliar. Selain itu, pembiayaan dari pergadaian tumbuh 35,05 persen, mencapai Rp17,48 triliun.
Sementara itu, layanan fintech peer-to-peer lending menunjukkan perkembangan pesat di wilayah Sulampua.
Per Juni 2024, total outstanding pinjaman fintech tumbuh 61,92 persen yoy menjadi Rp3,97 triliun, dengan tingkat wanprestasi yang terjaga rendah di angka 1,72 persen.
“Pertumbuhan ini menunjukkan, bahwa masyarakat semakin memanfaatkan fintech sebagai alternatif pembiayaan,” tambah Darwisman.
Melihat perkembangan positif di berbagai sektor, OJK Sulselbar optimistis, stabilitas sektor jasa keuangan di wilayah Sulampua akan terus terjaga.
Dengan dukungan likuiditas yang memadai dan manajemen risiko yang baik, sektor keuangan di wilayah ini, diharapkan mampu menghadapi berbagai tantangan global, dan terus berkontribusi terhadap perekonomian regional maupun nasional.