INKAM, MAKASSAR – Kantor Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Sulawesi Selatan, menyampaikan kinerja APBN regional Sulawesi Selatan hingga 31 Desember 2024, dalam konferensi pers daring yang diadakan Jumat (24/1/2025).
Meskipun perekonomian global masih diliputi ketidakpastian, Sulawesi Selatan berhasil menjaga stabilitas ekonominya.
Kepala Kanwil DJPb Sulawesi Selatan, Supendi, mengatakan, tingkat inflasi Sulawesi Selatan pada Desember 2024 hanya mencapai 1,27% (yoy), jauh di bawah sasaran nasional 3%+1.
Bahkan, inflasi secara month-to-month (m-to-m) tercatat sebesar 0,38%.
“Stabilitas harga pangan menjadi kunci utama, dalam menjaga inflasi tetap rendah,” ujarnya.
Kinerja perdagangan Sulawesi Selatan juga mencatat hasil yang positif.
Neraca perdagangan pada Desember 2024 mencatatkan surplus sebesar USD 32,95 juta.
Total nilai ekspor mencapai USD 133,94 juta, sementara nilai impor tercatat USD 100,99 juta.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan tahun 2024 memang mengalami penurunan 0,59% (yoy), tetapi tetap berada dalam zona positif.
Fero-Nikel menjadi andalan ekspor Sulawesi Selatan dengan pertumbuhan sebesar 29,6% (yoy), sementara Mate Nikel mengalami penurunan signifikan sebesar 22,9% (yoy).
Jepang dan China masih menjadi tujuan utama ekspor Sulawesi Selatan. Di sisi lain, Cina dan Brazil mendominasi impor, dengan komoditas utama berupa gandum dan gula.
Langkah strategis dilakukan pemerintah, untuk menjaga inflasi di sektor pangan.
Pada Februari 2024, peningkatan impor beras dilakukan untuk menstabilkan harga beras regional. Hasilnya, inflasi di bulan tersebut turun dari 0,36% menjadi 0,30%.
“Ini membuktikan bahwa kebijakan impor beras, mampu menjaga daya beli masyarakat,” tambah Supendi.
Meski demikian, beberapa tantangan global seperti volatilitas harga komoditas dan dinamika geopolitik, menjadi ancaman bagi perekonomian.
Namun, dengan pengelolaan yang tepat, risiko tersebut diupayakan dapat diminimalkan.
“Kebijakan fiskal akan terus diarahkan, untuk melindungi ekonomi domestik dari guncangan global,” jelasnya.
Kinerja perdagangan berbasis Kawasan Berikat juga mencatatkan hasil yang menggembirakan.
Total ekspor pengguna fasilitas Kawasan Berikat mencapai USD 546,23 juta, sementara impor berada di angka USD 88,71 juta.
Pemerintah akan terus mendorong optimalisasi Kawasan Berikat, sebagai salah satu penggerak ekonomi.
Supendi optimistis bahwa stabilitas ekonomi Sulawesi Selatan akan terus terjaga pada 2025.
“Dengan koordinasi yang baik antar-instansi dan kebijakan yang tepat, kami percaya perekonomian Sulawesi Selatan mampu bertahan dan bahkan tumbuh lebih baik,” tutupnya.