INKAM, MAKASSAR – “Katanya Makassar kota Dunia, tapi tidak ada stadionnya”. Kalimat ini seringkali terdengar dari mulut suporter dan pecinta sepakbola di Sulawesi Selatan, khususnya kota Makassar.
Kalimat ini juga ramai ditemui di media sosial, saat pembahasan terkait stadion menjadi perbincangan dunia maya.
Tapi sayangnya sindiran demi sindiran yang disampaikan di ruang publik tersebut, hanya bagaikan angin lalu di telinga dan mata para pemangku kepentingan, di Sulawesi Selatan dan kota Makassar.
Dulu, kita punya satu-satunya stadion kebanggaan diMakassar, yaitu stadion Mattoanging atau Gelora Andi Mattalatta, yang dibangun dan resmi digunakan di tahun yang sama, 1957.
Stadion Mattoanging punya banyak sekali kenangan, khususnya bagi penggemar fanatik sepakbola, utamanya pendukung PSM Makassar.
Klub sepakbola kesayangan masyarakat Sulawesi Selatan. Kurang lebih 63 tahun lamanya stadion Mattoanging menjadi saksi perjuangan tim Juku Eja, dalam berjuang di setiap pertandingan yang digelar di Makassar.
Bahkan stadion ini selalu menjadi Neraka bagi lawan-lawan PSM Makassar. Namun semuanya benar-benar tinggal kenangan, dan menjadi cerita hidup para penggemarnya, maupun orang-orang yang pernah merasakan panasnya ‘Neraka Mattoanging’.
Stadion yang selama ini menjadi kebanggaan Makassar itu, kini telah rata dengan tanah. Tak ada lagi bangunan apapun di sana. Tak ada lagi tiang-tiang yang menopang tribun penonton.
Tak ada lagi riuh ramai suara-suara suporter dan penonton, mengeluk-elukan tim kesayangannya PSM Makassar.
Tak ada lagi nyanyian-nyanyian yang dapat menciutkan nyali lawan. Neraka itu telah roboh dan belum terbangun kembali.
Kenangan paling membekas di masa sebelum Mattoanging dirobohkan, yaitu saat PSM Makassar menjuarai Piala Indonesia tahun 2019, di era kepemimpinan Pak Appi (Munafri Arifuddin) sebagai CEO PSM Makassar.
Semua orang berbahagia. Semua orang, masyarakat merayakan pencapaian yang luar biasa itu.
Di bawah kepemimpinan Pak Appi, setelah 13 tahun lamanya PSM Makassar, akhirnya kembali bermain di level Asia.
Hanya dalam kurun waktu 3 tahun sejak memimpin PSM Makassar, Pak Appi berhasil mengangkat kembali nama besar PSM Makassar, dan menjadikannya klub yang paling disegani di Indonesia.
Bahkan Pak Appi menutup manis era kepemimpinannya, dengan mempersembahkan Juara Liga Indonesia 2022/2023, untuk seluruh masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya pendukung PSM Makassar, dan memilih mengawal sepakbola Indonesia dengan bergabung menjadi salah satu Direktur di PT Liga Indonesia Baru.
Sayangnya, pencapaian yang telah dinantikan selama kurang lebih 23 tahun tersebut tidak terjadi di kota Makassar, rumah dari Pasukan Ramang.
Tim harus berjuang menempuh jarak +/- 150 kilo jauhnya untuk bertanding. Suporter juga sama. Berkorban waktu, tenaga, dan materi untuk dapat menyaksikan tim kesayangannya bertanding di kota Parepare yang berjarak tempuh +/- 3 jam dari kota Makassar.
Sebagai seseorang yang pernah menjadi orang nomor 1 di PSM Makassar, tentu saja Pak Appi mengkhawatirkan kondisi-kondisi tersebut, karena keselamatan tim dan suporter adalah nomor satu dan harus menjadi prioritas.
Makassar harus punya stadion. Tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Segala dedikasi yang ditunjukkan oleh Pak Appi selama memimpin PSM Makassar, sudah sepatutnya diapresiasi oleh kita semua yang mencintai sepakbola.
Jika beliau mampu membawa PSM Makassar menjuarai Piala Indonesia, Liga Indonesia, dan mengembalikan kejayaan PSM Makassar di level internasional, dengan kembali menunjukkan kelasnya di Asia, bukan tidak mungkin beliau mampu menghadirkan stadion bertaraf internasional di kota Makassar.
Ini bukan sekedar janji, apalagi omong kosong. Potensi kota Makassar sangat besar. Adanya stadion, diharapkan mampu mendongkrak prestasi olahraga, menciptakan atlet-atlet profesional yang berdaya saing, menjadi tempat berkumpul komunitas dan berkreativitas anak-anak muda Makassar, meningkatkan minat masyarakat untuk berolahraga.
Dan yang tidak kalah pentingnya, keberadaan stadion dapat ikut membantu pertumbuhan UMKM, memberi peluang usaha para pedagang-pedagang kecil, khususnya yang ada di sekitar lingkungan stadion.
Perhelatan event-event besar terkhusus sepakbola pastinya, juga akan meningkatkan PAD kota Makassar.
Seperti di kota-kota lainnya, stadion juga bisa menjadi ikon sebuah kota. Jika kita menyebut nama stadion, orang akan langsung teringat dengan kota di mana lokasi stadion tersebut.
Contohnya jika orang menyebut stadion Gelora Bung Tomo, pasti ingat kota Surabaya. Atau jika orang menyebut stadion Manahan, tentu ingat kota Solo.
Belum lagi jika kita berbicara lebih luas, dengan menghubungkan antara kehadiran stadion dengan sport tourism. Begitu banyak manfaat dan keuntungan yang bisa kita peroleh, dengan mengolaborasikan olahraga dan pariwisata.
Jadi, wattunna mi kita kembalikan kejayaan olahraga di kota Makassar. Salah satunya dengan menghadirkan Stadion, yang akan menjadi kebanggaan kita semua, dan manfaatnya dapat dinikmati oleh kita semua.
Dan pastinya, pasangan MULIA (Munafri – Aliyah) akan mewujudkannya untuk kita.
Penulis: A. Widya Syadzwina
− Pengalaman di Sepakbola :
1. Media Officer, Club Secretary, AFC Team Manager di PSM Makassar. Tahun 2011-2014 & 2017-2019
2. Asisten Pendamping Ketua Delegasi Teknik AFC (Technical Director Delegation – Asian Football Confederation), Asian Games 2018
3. Executive Committee Asosiasi PSSI Kota Makassar (2023-2027)
4. Ticketing Manager FIFA U17 World Cup 2023
− Karya Buku :
1) Petar Segrt Tumbuh di Daerah Konflik Hingga Kecintaan Pada PSM Makassar (penulis)
2) Sepakbola 2.0 (penulis chapter Sport Public Relations)
3) Satu Abad PSM Mengukir Sejarah (penulis dan penyunting)
4) Stadion Kuil Sepakbola (penulis chapter Mattoanging dan Kenangan Tak Terlupakan)